Sabtu, 21 Mei 2016

Review Film " Ayah Menyayangi Tanpa Akhir "

“Ayah Menyayangi Tanpa Akhir”

-       Sutradara         : Hanny Saputra
-       Tahun              : 2015
-       Genre              : Drama
-       Durasi              : 88 menit
-          Pemeran          : Fedi Nuril sebagai Juna
                               Kelly Tandiono sebagai Keisha
                               Nauval Azhar sebagai Mada 
                               Niniek L Karim sebagai Ibu Juna
                               Amanda Rowles sebagai Diva
                               Niken Anjani sebagai Jati
                               Ade Firman Hakim sebagai Dean
                                    Karlina Inawati sebagai Mbok Jum
                               Dwi A. P sebagai Ayah Diva
-       Penulis             : Salman Aristo, Ifan Ismail, Hanny Saputra
-          Produser          : Hanny Saputra, Manoj Punjabi
-          MPAA Rating   : Semua Umur

Sinopsis:

Film ini menceritakan tentang Arjuna atau Juna (Fedi Nuril), seorang pria dari keturunan ningrat yang jatuh cinta kepada gadis Jepang yang bernama Keisha (Kelly Tandiono). Ia harus berjuang keras untuk mendapat restu dari orangtuanya, tetapi orang tuanya tidak menyetujui karena Keisha dari Jepang, yg pada saat zaman penjajahan keluarga Juna sangat sengsara dan menjadi miskin karena dijajah Jepang. Tetapi, kekuatan cinta Juna mampu menerobos benteng perbedaan, hingga akhirnya mereka resmi menjadi pasangan suami istri.
Poster Film " Ayah menyayangi Tanpa Akhir "

Juna sangat bahagia saat Keisha mengandung seorang anak laki laki. Namun, pada saat Keisha melahirkan anaknya ia tidak dapat diselamatkan. Juna harus berjuang kembali mengurus anaknya yang bernama Mada (Naufal Azhar) sendirian, ia berusaha mencari pengasuh tetapi tidak ada yang cocok. Setelah itu ia berusaha meminta Mbok Jum (Karlina Inawati) yaitu seorang pembantu dirumah keluarganya yang sudah pensiun untuk menolongnya merawat anaknya.

Setiap ayahnya menjemput Mada pulang sekolah, ia selalu melihat Mada bersama seorang gadis yang bernama Diva (Amanda Rawles). Ayahnya merasa bahwa Mada sudah besar dan sudah jatuh cinta kepada Diva. Mada selalu ingin tahu latar belakang keluarga mereka, terutama tentang ibunya. Ayahnya selalu menyimpan barang barang milik ibunya. Pada saat Mada sedang melihat foto foto ibunya di laptop miliknya, tiba tiba kepalanya terasa sangat sakit dan ia tidak memberitahu ayahnya.

Mada sangat menyukai go-kart, dan ayahnya dengan senang hati memperbolehkannya mempelajari itu walaupun bagi ayahnya itu permainan yang sangat membahayakan. Pada suatu hari, Mada mengikuti balapan go-kart ditemani dengan ayahnya dan teman ayahnya yang bernama Dean (Ade Firman Hakim). Saat Mada hampir mencapai garis finish kepala Mada kembali sakit dan untuk saat itu Mada tidak dapat menahannya. Ayahnya dan Dean sangat panik dan membawanya ke rumah sakit. Mada di vonis positif menderita kanker otak, dan disarankan harus operasi membuka tengkorak dan setelah itu dilanjut dengan kemoteraphy. Namun, karena Juna seorang apoteker ia tahu bahwa itu dapat beresiko sangat fatal, tetapi Dean seorang dokter yang lebih tahu daripada Juna. Dean berusaha meyakinkan Juna bahwa hanya itu jalan terbaik untuk kesembuhan Mada tetapi Juna merasa bahwa ia masih bisa menyembuhkannya dengan obat tradisional.


Juna bekerja keras menemukan obat yang dapat menyembuhkan Mada dari kanker otaknya, tetapi tumor yang ada di otaknya sangat cepat merambat. Mada muntah muntah hingga tidak dapat melihat dengan jernih. Dibawanya lah Mada kerumah sakit, akhirnya dengan berat hati dan tidak mau kehilangan orang yang ia sayangi lagi, ayahnya menyetujui untuk dioperasi dan dilanjut dengan kemoteraphy. Ayahnya selalu membantu dan memberi semangat agar Mada cepat sembuh. Lalu tiba tiba saja Mada ingin ke Jepang, karena menurutnya hidup dia tidak lama lagi dan ia ingin mengetahui sosok ibunya. Ayahnya tidak ingin Mada tahu latar belakang ayah dan ibunya, karena keluarga keduanya tidak merestui hubungan mereka berdua walaupun mereka sudah memiliki seorang anak. Akhirnya, ayahnya beralasan bahwa pergi ke Jepang membutuhkan banyak uang, dan Mada ingin ke Solo bertemu keluarga ayahnya. Sesampainya di Solo Juna mengundang ibu dan abangnya untuk menemui anaknya di hotel, tetapi saat abangnya dipertemukan oleh anaknya, ia seakan seperti tidak menerima dan terjadilah perdebatan.

Disuatu malam, Mada sedang memandangi foto ibunya dan ayahnya masuk kekamarnya untuk memastikan ia sudah tidur atau belum, sebelum ayahnya masuk kekamarnya Mada mengirim pesan kepada Diva yaitu “sayonara Diva” yang artinya selamat tinggal dan tidak kembali lagi, saat ayahnya sedang berbicara dengannya di kamar tiba tiba kepala Mada kembali sakit dan Mada tidak dapat tertolong lagi, dibuatlah pemakaman untuknya disamping makam ibunya. Disaat pemakaman Mada, keluarga ayahnya datang dan akhirnya memaafkannya.

·                  Kelebihan:
Cerita yang dimainkan mampu membuat penonton terharu bahkan menangis, karena sosok ayah sangat menyayangi anaknya dan istrinya yang sudah tiada. Alurnya oun tidak membingungkan walaupun alurnya campuran, seperti saat anaknya menceritakan awal menikah ayah dan ibunya sampai ia lahir dan tumbuh besar. Semua pemain juga sangat menjiwai perannya hal itu mampu membantu film terlihat nyata. Film tersebut juga menanamkan sikap moral yang baik, dan mendonrong orang yang menontonnya bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya, seperti diajarkannya Mada untuk tidak bersikap egois. Disitu juga diperlihatkan bahwa tanggung jawab seorang ayah sangat besar apalagi ditambah tidak ada sosok ibu di sampingnya.


·                Kekurangan:
Diawal pembukaan sudah diberikan suasana kesediahan yaitu tidak diterimanya Keisha untuk menjadi istri Juna oleh ibunya dan begitu juga sebaliknya. Suasana bahagia hanya ditampilkan sedikit seperti, menikahnya Juna dengan Keisha walau tidak sepertujuan orang tua mereka, lalu mengandung seorang anak laki-laki. Kehadiran sosok ibu juga hanya sebentar dimainkan dan tidak banyak berbicara atau melakukan hal bersama sosok ayah. Kesesuaian properti juga tidak terlalu di perhatikan seperti, handphone yang dipakai oleh Mada lebih canggih daripada yang dipakai o

Review Film " Tanah surga Katanya "

“ Tanah surga Katanya “

-       Sutradara         : Herwin Novianto
-       Tahun              : 2012
-       Genre              : Drama
-       Durasi             : 90 menit
-       Pemeran          : Aji Santosa sebagai Salman                                                                                                          Tissa Biani Azzahra sebagai Salina
                       Fuad Idris sebagai Hasyim
                       Ence Bagus sebagai Haris
                       Astri Nudrin sebagai Astuti
                       Ringgo Agus Rahman sebagai dr. Anwar
                       Norman R. Akyuwen sebagai Pak Gani
-       Penulis           : Danial Rifki
-       Produser         : Deddy Mizwar
                       Gatot Brajamusti
                       Bustal Nawawi

Sinopsis :

Film ini menceritakan tentang keluarga kecil di dusun dekat kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia. Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2012 yang disutradarai oleh Gatot Brajamusti , Deddy Mizwar, dan Bustal Nawani, ini menggambarkan betapa tanah air perlu dicintai.
Cerita berawal dari kepulangan ayah Salman (Osa Aji Santoso)  dan Salina (Tissa Biani Azzahra) bernama Haris (Ence Bagus) dari Serawak, Malaysia. Pria yang merasa dirinya telah sukses di negeri seberang tersebut . Selama kepergiaan Haris, kedua anaknya diasuh oleh sang kakek, yakni Hasyim (Fuad Idris) yang telah lama mengidap penyakit jantung. Sebagai satu dari sejumlah pejuang dwikora, Hasyim kerap menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada  cucunya melalui kisah-kisah perjuangan.
Poster Film " Tanah Surga Katanya "

Konflik mulai muncul saat Haris mengajak Hasyim, Salman dan Salina pindah ke Malaysia karena disana dia mereka bisa hidup lebih manjur daripada di perbatasan. Namun, dengan tegas, Hasyim menolak untuk pergi kesana walaupun di iming-imingi pengobatan yag bisa membuat dia sembuh. Keesokan harinya Slman da Salina siap untuk pergi, namun hanya Salina saja yang ikut Haris karena Salman ingin menjaga Hasyim di Indonesia.

Memang miris tinggal di perbatasan tidak ada listrik, jalan bebatuan, susah mendapatkan barang kebutuhan, dan juga tenaga fasilitas yang kurang memadai
Perbedaan jalan di perbatasan Malaysia (kiri) dengan Indonesia (kanan)
Astuti (Astri Nurdin), satu-satunya pengajar di satu-satunya sekolah daerah perbatasan. Sekolah yang sebelumnya vakum selama setahun karena kekosongan guru. Dia mengajar sekaligus 2 kelas yaitu kelas 3 dan kelas 4, yang hanya dibatasi oleh sekat dari papan. Dia ditemani oleh dokter baru bernama Anwar (Ringgo Agus Rahman) atau yang akrab disebut dokter intel. Mereka tampak saling menyukai satu sama lain, namun mereka tetap fokus menjaga dan melayani penduduk di dusun tersebut

Seiring berjalannya waktu, penyakit Hasyim semakin parah dan dia harus segera dibawa ke rumah sakit namun sayang, mereka tidak punya uang dan Salman memutuskan untuk bekerja demi membawa Hasyim ke rumah sakit. Saat dia sedang berada di Pasar Serawak, Salman melihat  seorang pedagang yang menjadikan bendera pusaka Indonesia sebagai bungkus dagangan. Karena Salman sudah diajarkan nilai nasionalisme oleh Hasyim dia tidak rela melihat peristiwa itu. Ia pun melakukan barter, satu sarung beliannya ditukar gratis dengan bendera tersebut demi menghargai Indonesia.

Di suatu malam Hasyim sekarat , Salman pun memanggil Dokter Anwar untung memeriksa Hasyim. Keesokan harinya Dokter Anwar, Astuti, dan Salman membawanya ke rumah sakit Malaysia melalui sebuah danau dengan perahu. Di waktu yang bersamaan, Haris sedang mendukung Malaysia dalam pertandingan sepak bola melawan Indonesia bersama Salina, namun Salina disuruh menunggu sambil menggambar. Di tengah perjalanan saat di danau, Hasyim melepaskan nafas dan berkata kepada Salman, “Genggam erat cita-citamu. Katakan kepada dunia dengan bangga, ‘Kami bangsa Indonesia,” lalu mengucapkan kalimat thayyibah. Dilain waktu, Haris sedang meneriaki kemenangan Malaysia. Melalui telepon, dengan gembiranya Haris mengabarkan berita kemenangan Malaysia itu kepada Salman yang sedang menangis di atas perahu melihat sang kakek telah wafat. Haris yang mendengar kabar meninggalnya Hasyim langsung terdiam dan berbalik kebelakang melihat Salina yang sedang mengangkat hasil gambarannya. Dua kali terkejut, ternyata yang dilukis Salina adalah gambar Haris, Salman, Salina, dan si kakek yang tengah bersama dan gambar bendera merah putih yang sedamg berkibar.

·         Kelebihan:
1.      Mengajarkan nilai nasionalisme yang tinggi
2.      Menggambarkan keadaan perbatasan yang kurang dilirik oleh pemerintah, keadaan yang memprihatinkan serba kekurangan yang bisa menyadarkan penonton akan gunanya nilai nasionalisme

·         Kekurangan :
1.      Kurang dalam menggambarkan bagaimana keindahan Indonesia karena hanya ada pemandangan danau yang luas dan hamparan hutan yang lebat
2.      Nuansa desa yang kurang maksimal dikarenakan tidak ada yang pergi lalu lalang untuk bekerja dan berjualan
3.   Menampilkan Malaysia hanya Pasar Serawak tidak sampai kota