Sabtu, 21 Mei 2016

Review Film " Tanah surga Katanya "

“ Tanah surga Katanya “

-       Sutradara         : Herwin Novianto
-       Tahun              : 2012
-       Genre              : Drama
-       Durasi             : 90 menit
-       Pemeran          : Aji Santosa sebagai Salman                                                                                                          Tissa Biani Azzahra sebagai Salina
                       Fuad Idris sebagai Hasyim
                       Ence Bagus sebagai Haris
                       Astri Nudrin sebagai Astuti
                       Ringgo Agus Rahman sebagai dr. Anwar
                       Norman R. Akyuwen sebagai Pak Gani
-       Penulis           : Danial Rifki
-       Produser         : Deddy Mizwar
                       Gatot Brajamusti
                       Bustal Nawawi

Sinopsis :

Film ini menceritakan tentang keluarga kecil di dusun dekat kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia. Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 2012 yang disutradarai oleh Gatot Brajamusti , Deddy Mizwar, dan Bustal Nawani, ini menggambarkan betapa tanah air perlu dicintai.
Cerita berawal dari kepulangan ayah Salman (Osa Aji Santoso)  dan Salina (Tissa Biani Azzahra) bernama Haris (Ence Bagus) dari Serawak, Malaysia. Pria yang merasa dirinya telah sukses di negeri seberang tersebut . Selama kepergiaan Haris, kedua anaknya diasuh oleh sang kakek, yakni Hasyim (Fuad Idris) yang telah lama mengidap penyakit jantung. Sebagai satu dari sejumlah pejuang dwikora, Hasyim kerap menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada  cucunya melalui kisah-kisah perjuangan.
Poster Film " Tanah Surga Katanya "

Konflik mulai muncul saat Haris mengajak Hasyim, Salman dan Salina pindah ke Malaysia karena disana dia mereka bisa hidup lebih manjur daripada di perbatasan. Namun, dengan tegas, Hasyim menolak untuk pergi kesana walaupun di iming-imingi pengobatan yag bisa membuat dia sembuh. Keesokan harinya Slman da Salina siap untuk pergi, namun hanya Salina saja yang ikut Haris karena Salman ingin menjaga Hasyim di Indonesia.

Memang miris tinggal di perbatasan tidak ada listrik, jalan bebatuan, susah mendapatkan barang kebutuhan, dan juga tenaga fasilitas yang kurang memadai
Perbedaan jalan di perbatasan Malaysia (kiri) dengan Indonesia (kanan)
Astuti (Astri Nurdin), satu-satunya pengajar di satu-satunya sekolah daerah perbatasan. Sekolah yang sebelumnya vakum selama setahun karena kekosongan guru. Dia mengajar sekaligus 2 kelas yaitu kelas 3 dan kelas 4, yang hanya dibatasi oleh sekat dari papan. Dia ditemani oleh dokter baru bernama Anwar (Ringgo Agus Rahman) atau yang akrab disebut dokter intel. Mereka tampak saling menyukai satu sama lain, namun mereka tetap fokus menjaga dan melayani penduduk di dusun tersebut

Seiring berjalannya waktu, penyakit Hasyim semakin parah dan dia harus segera dibawa ke rumah sakit namun sayang, mereka tidak punya uang dan Salman memutuskan untuk bekerja demi membawa Hasyim ke rumah sakit. Saat dia sedang berada di Pasar Serawak, Salman melihat  seorang pedagang yang menjadikan bendera pusaka Indonesia sebagai bungkus dagangan. Karena Salman sudah diajarkan nilai nasionalisme oleh Hasyim dia tidak rela melihat peristiwa itu. Ia pun melakukan barter, satu sarung beliannya ditukar gratis dengan bendera tersebut demi menghargai Indonesia.

Di suatu malam Hasyim sekarat , Salman pun memanggil Dokter Anwar untung memeriksa Hasyim. Keesokan harinya Dokter Anwar, Astuti, dan Salman membawanya ke rumah sakit Malaysia melalui sebuah danau dengan perahu. Di waktu yang bersamaan, Haris sedang mendukung Malaysia dalam pertandingan sepak bola melawan Indonesia bersama Salina, namun Salina disuruh menunggu sambil menggambar. Di tengah perjalanan saat di danau, Hasyim melepaskan nafas dan berkata kepada Salman, “Genggam erat cita-citamu. Katakan kepada dunia dengan bangga, ‘Kami bangsa Indonesia,” lalu mengucapkan kalimat thayyibah. Dilain waktu, Haris sedang meneriaki kemenangan Malaysia. Melalui telepon, dengan gembiranya Haris mengabarkan berita kemenangan Malaysia itu kepada Salman yang sedang menangis di atas perahu melihat sang kakek telah wafat. Haris yang mendengar kabar meninggalnya Hasyim langsung terdiam dan berbalik kebelakang melihat Salina yang sedang mengangkat hasil gambarannya. Dua kali terkejut, ternyata yang dilukis Salina adalah gambar Haris, Salman, Salina, dan si kakek yang tengah bersama dan gambar bendera merah putih yang sedamg berkibar.

·         Kelebihan:
1.      Mengajarkan nilai nasionalisme yang tinggi
2.      Menggambarkan keadaan perbatasan yang kurang dilirik oleh pemerintah, keadaan yang memprihatinkan serba kekurangan yang bisa menyadarkan penonton akan gunanya nilai nasionalisme

·         Kekurangan :
1.      Kurang dalam menggambarkan bagaimana keindahan Indonesia karena hanya ada pemandangan danau yang luas dan hamparan hutan yang lebat
2.      Nuansa desa yang kurang maksimal dikarenakan tidak ada yang pergi lalu lalang untuk bekerja dan berjualan
3.   Menampilkan Malaysia hanya Pasar Serawak tidak sampai kota

Tidak ada komentar:

Posting Komentar